PENJELASAN BASMALAH DAN HAMDALAH

TERJEMAH KITAB KAASYIFAH AS SAJAA BAB PENJELASAN BASMALAH DAN HAMDALAH

ابتدأ المصنف كتابه بالبسملة اقتداء بالكتاب العزيز في إبدائه ا أي في اللوح المحفوظ
أو بعد جمعه وترتيبه في المصحف، وأما ما روي أن أول ما كتبه القلم أنا التواب وأنا
أتوب على من تاب فهو في ساق العرش 
Mushonnif, yaitu Syekh Salim bin Sumair al-Hadromimengawali kitabnya dengan basmalah karena mengikuti al-Quran
yang mulia, yang mana al-Quran juga diawali dengan basmalah,
maksudnya, al-Quran diawali dengan basmalah saat al-Quran itu
masih ada di Lauh Mahfdudz, atau setelah dikumpulkan dan diurutkan dalam mushaf. Adapun riwayat yang menyebutkan, “Yang
pertama kali ditulis oleh al-qolam adalah kalimat, ‘Aku adalah Allah
Yang Maha menerima taubat dan Aku akan menerima taubat hamba
yang bertaubat,’” maka tulisan tersebut terdapat di tiang ‘Arsy.

وامتثالاً وإطاعة لأمره صلى االله عليه وسلّم في قوله إن أول ما كتبه القلم بسم االله
الرحمن الرحيم فإذا كتبتم كتاباً فاكتبوها أوله وهي مفتاح كل كتاب أنزل ولما نزل على جبريل ا أعادها ثلاثاً وقال :هي لك ولأمتك فمرهم لا يدعوها في شيء من أمورهم
فإني لم أدعها طرفة عين مذ نزلت على أبيك آدم عليه السلام وكذا الملائكة وفي رواية
إذا كتبتم كتاباً فاكتبوا في أوله بسم االله الرحمن الرحيم وإذا كتبتموها فاقرؤوها وروي عنه
صلى االله عليه وسلّم أنه قال تخلقوا بأخلاق االله ولا شك أن عادته تعالى في ابتداء كل
سورة الإتيان بالبسملة سوى براءة فنحن مأمورون به
Selain itu, Syeh Salim bin Sumair mengawali kitabnyadengan basmalah karena mengikuti dan mentaati perintah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Sesungguhnyayang pertama kali ditulis oleh al-qolam adalah ‘الرحيم الرحمن االله يسم’. Olehkarena itu, ketika kalian menulis sebuah buku maka tulislah
basmalah di awalnya. Basmalah adalah kunci atau pembuka setiap
kitab yang diwahyukan. Ketika Jibril turun menemuiku membawa
wahyu basmalah, ia membacanya tiga kali dan berkata, ‘Basmalah
adalah untukmu dan umatmu. Perintahkanlah mereka untuk tidak
meninggalkan basmalah dalam semua urusan mereka, karena sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkannya sekedip matapun semenjak basmalah diturunkan kepada bapakmu, Adam ‘alaihi assalaam. Begitu juga para malaikat tidak pernah meninggalkannya.’” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Ketika kalian menulissebuah kitab atau buku, maka tulislah basmalah pada permulaannya.
Kemudian ketika kalian sudah menulisnya maka bacalah basmalah
itu.”

Diriwayatkan dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallambahwa beliau bersabda, “Berbuatlah seperti perbuatan Allah!” Tidak
diragukan lagi bahwa kebiasaan perbuatan Allah adalah mengawali
setiap Surat dalam al-Quran dengan basmalah kecuali Surat atTaubat. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mengawalimelakukan perbuatan yang baik menurut syariat dengan basmalah.

وعملاً بحديث أبي داود وغيره كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم االله الرحمن الرحيم فهو
أبتر أو أقطع أو أجذم والبال الشرف والعظمة أو الحال والشأن الذي يهتم به شرعا ومعنى الاهتمام به طلبه أو إباحته بأن لا يكون محرماً لذاته ولا مكروهاً لذاته لكن لا
تطلب البسملة على محقرات الأمور ككنس زبل ولا تطلب للذكر المحض كالتهليل
Begitu juga, Syekh Salim bin Sumair mengawali kitabnyadengan basmalah karena mengamalkan hadis yang diriwayatkan olehAbu Daud dan lainnya, yaitu;

كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أبتر أو أقطع أو أجذم.

Artinya: Setiap perkara yang baik menurut syariat yang karenanya
tidak diawali dengan, ‘بسم الله الرحمن الرحيم’ maka perkara tersebut adalahabtar, atau aqtok, atau ajdzam.

Kata “بال” dalam hadis di atas berarti kemuliaan, keagungan,keadaan, dan keadaan yang dinilai penting oleh Syariat. Sedangkan pengertian “dinilai penting oleh Syariat” adalah perkara yang dianjurkan atau diperbolehkan oleh syariat, sekiranya perkara itutidak diharamkan karena dzatnya dan tidak dimakruhkan karena
dzatnya. Oleh karena itu, basmalah tidak dianjurkan dalam perkara-perkara yang remeh atau hina, seperti menyapu kotoran hewan, dantidak dianjurkan dalam dzikir yang murni (mahdoh), seperti dzikir
Laa Ilaha Illa Allah.

وقال الشيخ عميرة والبال أيضاً القلب كأن الأمر لشرفه وعظمه ملك قلب صاحبه
لاشتغاله به وفي قوله فيه للسببية على قياس قوله صلى االله عليه وسلّم دخلت امرأة النار
في هرة أي بسببها حبستها وهي امرأة من بني إسرائيل
Syeh Umairah berkata, lafadz ‘البال’ juga bisa berarti ‘القلب’atau hati. Oleh karena itu, seolah-olah perkara tersebut, karena kemuliaan dan keagungannya, telah menguasai hati orang yangmelakukan perkara tersebut karena hatinya tengah dihadapkan dengan dan difokuskan pada perkara itu.

Lafadz ‘فى’ dalam sabda Rasulullah ‘فيه’ di atas memiliki artisababiah berdasarkan pengqiasan dengan sabda beliau;

دخلت امرأة النار في هرة
“Seorang wanita masuk ke dalam neraka sebab kucing [yang ia
kekang dan tidak diberinya makan].” Wanita tersebut berasal dariBani Israil.

والأبتر مقطوع الذنب والأقطع من قطعت يداه أو إحداهما والأجذم بالذال المعجمة
المقطوع اليد وقيل الذاهب الأنامل وقال البراوي هو علة معروفة فهو من باب التشبيه
البليغ
Lafadz ‘الأبتر’ berarti yang terpotong ekornya. Lafadz ‘الأقطع’berarti orang yang terpotong kedua tangannya atau salah satu dari
keduanya. Lafadz ‘الأجذم’ dengan huruf /ذ/ yang bertitik satu berarti
yang terpotong tangannya. Ada yang mengatakan lafadz ‘الأجذم’berarti yang hilang jari-jarinya. Al-Barowi berkata, “Ajdzam adalah
sebuah penyakit tertentu yang sudah terkenal.”

Dalam hadis Kullu
Amrin ...dst di atas mengandung susunan tasybih al-baligh.

ومعنى الحديث كل شيء له شرف وعظمة أو كل شيء يطلب أو يباح أو كل شيء له
قلب أي يملك قلباً لا يبدأ بسبب ذلك الشيء ببسم االله الرحمن الرحيم فهو كالحيوان
المقطوع الذنب أو كمن قطعت يداه أو كمن ذهبت أنامله أو كمن به جذام في نقصه
وعيبه شرعاً وإن تم حساً 
Arti hadis di atas adalah “Setiap perkara yang memilikikemuliaan atau keagungan, atau setiap perkara yang dianjurkan
dilakukan atau yang diperbolehkan dilakukan atau setiap perkarayang memiliki hati, yang sebab perkara tersebut tidak diawali dengan

‘بسم الله الرحمن الرحيم’ maka perkara tersebut adalah seperti hewan yangterpotong ekornya, atau seperti manusia yang terpotong keduatangannya, atau seperti manusia yang hilang jari-jarinya, atau seperti
manusia yang mengidap penyakit kusta, dalam artian bahwa perkara
tersebut memiliki kekurangan dan cacat menurut syariat meskipun
secara dzohir atau nampaknya, perkara tersebut telah terselesaikan.

واختلف في البسملة هل هي آية من الفاتحة ومن كل سورة فعند مالك أنها ليست آية
من الفاتحة ولا من كل سورة وعند عبد االله بن المبارك أنها آية من كل سورة وعند
الشافعي أنها آية من الفاتحة وتردد في غيرها ولم يختلفوا فيها في النمل في عدها من
القرآن
Masalah basmalah telah diperselisihkan oleh Ulama tentangapakah basmalah termasuk salah satu ayat dari al-Fatihah dan apakah termasuk salah satu ayat dari setiap Surat dalam al-Quran?

• Menurut Imam Malik, basmalah tidak termasuk salah satu ayatdari al-Fatihah dan juga tidak termasuk salah satu ayat dari setiap
Surat dalam al-Quran.

• Menurut Abdullah bin Mubarok, basmalah termasuk salah satu
ayat dari setiap Surat dalam al-Quran.

° Menurut Imam Syafii, basmalah termasuk salah satu ayat dari alFatihah dan masih belum jelas dalam hal apakah termasuk ayat
dari setiap Surat dalam al-Quran atau bukan termasuk darinya. Sedangkan ulama tidak berselisih pendapat mengenai basmalah
dalam Surat an-Naml. Mereka bersepakat bahwa basmalah dalam
Surat an-Naml termasuk dari al-Quran.

(الحمد) أي الثناء بالكلام على الجميل الاختياري مع جهة التبجيل والتعظيم سواء كان
في مقابلة نعمة أم لا مستحق (الله) وهذا هو الحمد اللغوي الذي طلبت البداءة به، وأما
الحمد الاصطلاحي فلا يطلب البداءة به وهو فعل يدل على تعظيم المنعم من حيث
كونه منعماً على الحامد أو غيره سواء كان ذلك قولاً باللسان أو اعتقاداً بالجنان أو
عملاً بالأركان التي هي الأعضاء (رب) أي مصلح (العالمين) 
[Segala pujian] atau ‘الحمد’, maksudnya, memuji dengan pernyataan lisan kepada Dzat Allah (atau sifat-Nya), baik secara
hakikat atau hukum, disertai mengagungkan dan memuliakan, baik
pujian tersebut sebagai perbandingan atas nikmat atau tidak, adalah
hak [bagi Allah].

Pengertian pujian tersebut adalah pengertian secara bahasa yang memang dianjurkan untuk mengawali sesuatu
dengannya. Adapun pujian menurut pengertian istilah maka tidakdianjurkan untuk mengawali sesuatu dengannya, karena pengertian“pujian/الحمد” menurut istilah adalah perbuatan yang menunjukkansikap mengagungkan atau memuliakan pihak yang memberi nikmat
dari segi bahwa pihak yang memberi nikmat tersebut adalah pihak
yang memberi nikmat kepada orang yang memuji atau kepada yanglainnya, baik perbuatan tersebut bersifat ucapan lisan, atau bersifat keyakinan hati, atau bersifat aksi dengan anggota-anggota tubuh. Allah adalah [Yang Mengatur seluruh alam].

لما افتتح بالبسملة افتتاحاً حقيقياً افتتح بالحمدلة افتتاحاً إضافياً جمعاً بين حديثي
البسملة والحمدلة واقتداء بالكتاب أيضاً وعملاً بحديث ابن ماجه كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بالحمد الله فهو أجذم وفي رواية فهو أقطع وفي رواية فهو أبتر والمعنى على كل
مقطوع البركة وناقصها وقليلها
Ketika Syekh Salim bin Sumair al-Hadromi telah mengawalipembukaan kitabnya dengan basmalah, yaitu dengan bentuk
pembukaan haqiqi (ibtidak haqiqi), maka ia juga membukanya
dengan hamdalah dengan bentuk pembukaan idhofi (ibtidak idhofi),dengan tujuan mengamalkan secara bersamaan dua hadis yangmenjelaskan tentang anjuran pembukaan dengan basmalah dan
hamdalah, dan karena meniru al-Quran, dan karena mengamalkan
hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “Setiap perkara yang
memiliki kemuliaan atau keagungan menurut syariat yang karenanya
tidak diawali dengan ‘الله الحمد’ maka perkara tersebut adalah ajdzam.”
Dalam satu riwayat disebutkan, “... maka perkara tersebut adalah
aqthok.” Dalam satu riwayat disebutkan, “... maka perkara tersebut
adalah abtar.” Arti masing-masing dari tiga riwayat tersebut adalah
bahwa perkara tersebut kurang barokah atau sedikit barokah.

قال النووي رحمه االله تعالى يستحب الحمد في ابتداء الكتب المصنفة وكذا في ابتداء
دروس المدرسين وقراءة الطالبين بين يدي المعلمين سواء قرأ حديثاً أو فقهاً أو غيرهما
وأحسن العبارات في ذلك الحمد الله رب العالمين
Imam Nawawi Rahimahullah berkata, “Disunahkan memuji
Allah dalam mengawali kitab-kitab yang disusun. Begitu juga,memuji Allah disunahkan dalam mengawali pelajaran bagi para gurudan dalam mengawali membaca atau sorogan bagi para santri dihadapan para guru, baik membaca Fan Hadis, Fiqih, atau yang
lainnya.” Memuji Allah yang paling baik adalah dengan pernyataan

.‘الحمد لله رب العالمين ’
وقال بعض الشافعية أفضل المحامد أن يقال الحمد الله حمداً يوافي نعمه ويكافىء مزيده
وقيل أفضل المحامد أن يقال الحمد الله بجميع محامده كلها ما علمت منها وما لم أعلم
زاد بعضهم عدد خلقه كلهم ما علمت منهم وما لم أعلم
Sebagian Ulama Syafi'iyah berkata, “MemujiAllah yang paling utama adalah dengan membaca
اَلحَْمْدُ اللهِ حمَْداً يـُوَافيِ نِعَمَهُ وَيُكَافىِ ءُ مَزِيْدَهُ 
Ada yang mengatakan, “Yang paling utama dalam memujiAllah adalah mengatakan;
اَلحَْمْدُ اللهِ بجَِمِيْعِ محََامِدِهِ كُلِّهَا مَا عَلِمْتُ مِنـْهَا وَمَا لمَْ أَعْلَمْ 
Sebagian ulama lain menambahkan menjadi;
اَلحَْمْدُ اللهِ بجَِمِيْعِ محََامِدِهِ كُلِّهَا مَا عَلِمْتُ مِنـْهَا وَمَا لمَْ أَعْلَمْ عَدَدَ خَلْقِهِ كُلِّهِمْ مَا عَلِمْتُ 
مِنـْهُمْ وَمَا لمَْ أَعْلَمْ 

وفي خبر ابن ماجه عن عائشة كان رسول االله صلى االله عليه وسلّم إذا رأى ما يحب
قال الحمد الله الذي بنعمته تتم الصالحات وإذا رأى ما يكره قال الحمد الله على كل
حال رب إني أعوذ بك من حال أهل النار
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dari Aisyah, “Ketika Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam
melihat sesuatu yang beliau sukai, maka beliau berkata;
اَلحَْمْدُ اللهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالحَِاتُ 

Dan ketika beliau melihat sesuatu yang beliau tidak sukai
maka beliau berkata;

اَلحَْمْدُ اللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ إِنيِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

Kaasyifah as Sajaa Fii Syarh Safiinah an Najaa Halaman 5-6. Cet. Al Haromain.

Wallohu a'lam bis showab 
✍️di terjemah oleh Ustad ismidar abd  Rahman as Sanusi